Inilah ceritaku selama mengikuti I-YEV CAMP 2018.
Hati-hati konten ini akan dipadukan antara
rasa, pikiran dan kepribadian.
Jadi jangan sampai baper dan ambil sisi
baiknya, yang buruknya abaikan saja :D
Awal cerita dimulai ketika aku mendapatkan
informasi kegiatan ini dari instagram.
Saat itu coba-coba tuh daftar 3 kegiatan sekaligus, tapi hanya 1 yang
pada akhirnya aku ikut serta.
Ya , I-YEV CAMP.
FYI, kenapa aku saat itu aku mencoba daftar
I-YEV CAMP ?
Eitss... engga asal coba-coba loh :P
Tapi, memang karena aku dari dulu tertarik
dengan kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat. Bisa jadi hal ini timbul
karena sesuai dengan latar belakang pendidikan ku yang tidak jauh dari
permasalahan di masyarakat, khususnya bidang kesehatan komunitas. Selain itu,
hal utama yang menjadi dorongan untuk mengikutinya adalah rasa ingin tahu
perihal socialenterpreneur . Suatu
hal yang menarik dan bermanfaat, tapi modalnya ga asal modal jika perubahan
yang diharapkan besar.
Hal tersebut tepat sekali dengan apa yang
dikaji atau dilakukan Grow to give.
Alasan lainnya adalah sebagai wahana pencarian
jati diri.
Awal kegiatan I-YEV CAMP disambut oleh para
panitia di stasiun Pekalongan. Kita sama-sama naik duplak merek pajero (bahasa
kerennya dari ‘panas jaba jero’ :D ).
Ketika sampai di lokasi, beristirahat sejenak
dan kemudian dimulailah acara dari pembukaan, mausklah ke pemberian materi dari
pemateri-pemateri yang super gila kerennya. Bagi aku yang didominasi oleh
seorang introvert, seneng banget banyak mendapatkan pancaran motifasi dari
mereka.
Materi yang mengawali kegiatan ini mengenai
pengenalan potensi diri yang disampaikan oleh Mas Puthut (yang aku kira
sebelumnya, beliau adalah peserta yang sama dengan yang lain :D ).
Kemudian, Amanda. Gilaaa... waktu tahu umurnya
lebih muda.
Serasa
ada pedang tajam yang nusuk ke dada. Hati mulai banyak bertanya pada diri
sendiri ‘Selama ini kamu ngapain aja ti?’ , ‘Umur segitu dia udah seperti itu,
lah kamu ?’ , eumm berpikirlah otakku,
Apalagi ketika denger Salman (yang sebagai
presiden World Merit Indonesia Semarang), tambah deh
pertanyaan yang muncul di
hati dan pikiranku, ‘selama ini kamu kemana aja ?’ , ‘apakah aku telat jika
baru memulainya saat ini ?’
Kemudian, ada pula Ka Emmy. Waktu beliau
memberikan materi, ini adalah hal yang aku suka yaitu foto-foto yang fokus ke 1
objek. Kalo dalam materi bertujuan untuk bahan promosi barang atau produk. Sedangkan,
yang biasanya dijadikan objek aku adalah bunga atau alam. Hanya beda di objek
saja dan tujuan. Maka bertambahlah ilmu potret-potret. Hehee
Pada akhirnya ada pembahasan materi yang
berkaitan dengan bisnis yang disaampaikan oleh Ka Mario dan Ka Yuniar.
Jujur aku memang belum interest pada bidang
ekonomi bisnis dan politik. Tapi keadaan menuntut aku agar mau dicekoki dengan
2 hal itu. Karena 2 hal itu sangat berpengaruh ketika aku memerankan sebagai
kesehatan masyarakat.
Pemateri di penghujung malam yaitu Ka Rosi. Materi yang disampaikan malam itu menyadarkan aku bahwa ada hal yang perlu aku kembangkan. Yaitu ketika memerankan sebagai fasilitator. Aku merasa beruntung saat itu bisa mengikuti acara ini, karena bertambahlah metode dalam penggalian masalah di masyarakat. Sejauh ini baru 2 metode yang aku pakai yaitu CARL dan fish bone. Selain itu, beliau menyampaikan materi sampai ke hal yang super detail. Kadang ada orang lapangan yang kurang memperhatikan jadwal rincian seperti yang disampaikan, dan lebih ke poin-poin utama tujuan pengembangan masyarakat.
Beberapa materi yang disampaikan selama
rangkaian acara, peserta bertugas sebagai peer educator pemuda lokaal yang
menjadi peserta juga dalam acara ini. Dalam waktu yang singkat dan padat, harus
banget tuh kita memberikan penjelasan kepada pemuda mengenai materi. Aku
sensiri merasa kesulitan dalam menjelaskan, bukan karena bahasa jawa yang biasa
digunakan oleh pemuda, karena para pemuda banyak paham juga jika menggunakan
bahasa Indonesia. Tapi, saat itu aku memegang 2 pemuda (ibu-ibu), kenapa aku sulit
? Karena latar belakang pendidikan keduanya berbeda, beruntungnya salah satu
ibu adalah lulusan sma jika tidak salah (agak lupa), jadi bisa membantu
menjelaskan ke ibu yang satu. Intinya kita belajar bersama. Dengan komunikasi
dengan pemuda menjadi tahu kebiasaan mereka, dan masalah jarak ke kota untuk
mendapatkan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Bersyukurlah kalian yang hidup didaerah dekat
kota atau bahkan di kota besar, bisa mendapatkan segala hal dengan mudah.
Btw,
dari super padatnya jadwal materi-materi. Acara ini asik, permainan yang seru,
dan banyak keseruan lainnya. Seperti colour
run, malam budaya. Apalagi bertemu dengan berbagai karakter manusia, hehe
Aku tidak bisa menuliskan gambaran
keseruannya, karena ga ada kata yang bisa menggambarkan.
Oh
ya, selama acara mungkin aku tidak terlalu speak up, sebenernya tuh pengen kaya
anak muda lainnya. Tapi, buat memerangi dalam kepribadian introvert yang banyak
diam dan mempelajari segala hal yang dilihat dengan diam agak sulit. Eh tapi
jangan salah dengan seorang yang sedikit pendiam ini, kalo udah deket banget
akan keliatan kegilaan dan ketidakjelasan (read : gaje) nya...
Sekian ceritaku, secara keseluruhan ‘Te Ou Pe
Be Ge Te’ 👍👍👍👍
Terimakasih Ka Rosi dan kawan-kawan.
Yang aku cetak tebal perkataan dari Ka Rosi,
‘Kalo
ga dapat event seperti ini, kenapa ga bikin aja sendiri ?’
‘Berikan
dan lakukan apa yang kita punya’
....
See you ✋
Ati Ratna Komala